Beranda | Artikel
Mukmin dan Pohon Kurma
Kamis, 29 April 2021

MUKMIN DAN POHON KURMA

Oleh
Ustadz  Kholid Syamhudi Lc

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya ada diantara pepohonan, satu pohon yang tidak gugur daunnya. Pohon ini seperti seorang muslim, maka sebutkanlah kepadaku apa pohon tersebut?” Lalu orang menerka-nerka pepohonan Wadhi. Berkata Abdullah,“Lalu terbesit dalam diriku, pohon itu adalah pohon Kurma, namun aku malu mengungkapkannya.” Kemudian mereka berkata,“Wahai Rasulullah, beritahulah kami pohon apa itu?” Lalu beliau menjawab,“Ia adalah pohon Kurma.”

Takhrij
Hadits ini diriwayatkan oleh

  1. Imam Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al Ilmu, Bab: Qaulul Muhadits Hadatsana, no. 61 (1/145 Fathul Bari) dan
  2. Muslim dalam Shahihnya, kitab Sifatul Munafiqin, Bab: Mitslul Mukmin Matsalun Nakhlah, no. 7029 (17/151 Syarah Nawawi).

Syarah Mufradat Hadits

  1. إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ :Terdapat persamaan dan penyerupaan seorang muslim dengan pohon yang tidak gugur daunnya, yaitu pohon Kurma.
  2. فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي : Akal pikiran mereka menerawang kepada pepohonan di Wadhi. Setiap orang menafsirkannya dengan salah satu jenis pepohonan tersebut, namun lupa dengan pohon Kurma[1].
  3. الْبَوَادِي : Bentuk jamak dari badiyah, yang bermakna dataran luas yang terdapat padanya tumbuhan dan air[2].
  4. قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : Abdullah ini, ialah Abdullah bin Umar. Sahabat yang meriwayatkan hadits ini dari Rasulullah.
  5. فَاسْتَحْيَيْتُ : Sebab malu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena paling kecil dari para sahabat yang hadir waktu itu. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Bukhari dalam kitab Al Ath’imah: Aku sebagai orang ke-sepuluh dan aku yang pling kecil.
  6. هِيَ النَّخْلَةُ : Pohon Kurma. Tentulah pohon ini memiliki keistimewaan, sehingga dijadikan sebagai permisalan bagi seorang muslim. Tidak hanya dalam hal ini saja, bahkan Allah memberikan permisalahan kalimat thoyibah dengan pohon ini dalam firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. [Ibrahim/14:24-25].

Ibnu Hajar berkata,“Imam Bukhari telah membawakan hadits ini juga dalam tafsir firman Allah.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً

Sebagai isyarat dari beliau, bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik ialah pohon Kurma. Memang telah ada riwayat yang tegas dari hadits, yang dikeluarkan oleh Al Bazar dari jalan periwayatan Musa bin ‘Uqbah dari Nafi’ dari Ibnu Umar, beliau menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini dan bersabda,“Apakah kalian tahu pohon apakah itu?” Ibnu Umar menyatakan,“Jelas itu ialah pohon Kurma. Namun usiaku yang kecil menahanku untuk berbicara.” Lalu Rasulullah berkata,“Ia adalah pohon Kurma.[3]

Dengan demikian, pohon yang baik disini ditafsirkan dengan pohon Kurma. Dan denikian ini merupakan pendapat kebanyakan ulama salaf ; diantaranya: Ibnu Abbas, Mujahid, Masruq, Ikrimah, Ad Dhahak, Qatadah dan Ibnu Zaid [4]. Pendapat ini dikuatkan oleh hadits riwayat Ibnu Hibban dari jalan periwayatan Abdul Aziz bin Muslim, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُخْبِرُنِيْ عَنْ شَجَرَةٍ مِثْلُهَا مِثْلُ الْمُؤْمِنِ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِيْ السَّمَاءِ

Siapakah yang dapat menyebutkan kepadaku satu pohon yang menyerupai seorang mukmin, pokok batangnya kokoh dan cabangnya menjulang kelangit?[5]

Semua ini menunjukkan, bahwa pohon Kurma memiliki keutamaan, ketinggian dan keistimewaan yang telah ditunjukkan dalam ayat di atas. Cukuplah dengan dijadikan sebagai permisalahan seorang muslim menunjukkan ketinggian dan keistimewaannya.

Syarah Hadits
Dalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan dan menyerupakan seorang muslim dengan pohon Kurma. Menunjukkan adanya sisi kesamaan antara keduanya. Memang mengenal dan mengetahui sisi kesamaan ini perlu mendapat perhatian yang cukup. Terlebih lagi Allah telah menjelaskan hal ini, agar manusia selalu ingat kepadaNya, sebagaimana firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. [Ibrahim/14:24-25].

Diantara sisi kesamaan antara muslim dengan pohon Kurma ialah:[6]

  1. Pohon Kurma mesti memiliki akar, pangkal batang, cabang, daun dan buah. Demikian juga pohon keimanan, memiliki pokok, cabang dan buah. Pokok iman ialah rukun iman yang enam. Cabangnya ialah amal shalih dan semua amal ketaatan dan ibadah. Adapun buahnya ialah semua kebaikan dan kebahagiaan yang didapatkan seorang mukmin di dunia dan akhirat.

Imam Ahmad berkata,“Perumpamaan iman seperti pohon. Karena pokoknya ialah syahadatain, batang dan daunnya demikian juga. Sedangkan buahnya ialah sikap wara’ (hati-hati). Tidak ada kebaikan pada pohon yang tidak berbuah, dan tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya sifat wara’[7].

Imam Al Baghaqwi menyatakan,“Hikmah dari penyerupaan iman dengan pohon ialah pepohonan tidak dikatakan sebagai pohon (yang baik), kecuali memiliki tiga hal. Memiliki akar yang kuat, batang yang kokoh dan cabang yang tinggi. Demikian juga iman. Tidaklah iman itu sempurna, kecuali dengan tiga hal. Yaitu pembenaran hati, ucapan lisan dan amalan anggota tubuh[8].

Demikian juga Ibnul Qayyim mengomentari hal ini dengan pernyataannya, “Ikhlas dan tauhid ialah satu pohon di hati. Cabangnya ialah amalan, dan buahnya ialah kehidupan yang baik di dunia dan nikmat yang abadi di akhirat. Sebagaimana buah-buahan syurga, tidak terputus dan tidak tercegah mengambilnya; maka buah tauhid dan ikhlas di duniapun demikian. Adapun kesyirikan, dusta dan riya’ merupakan satu pohon di hati, buahnya di dunia perasaan takut, sedih, duka, kesempitan dan kegelapan hati dan buahnya di akhirat buah zaqqum dan adzab yang abadi. Kedua pohon ini telah dijelaskan Allah dalam surat Ibrahim.”[9]

  1. Pohon Kurma tidak akan bertahan hidup, kecuali bila dipelihara dan disiram dengan air. Jika tidak, maka akan kering. Jika ditebang, maka akan mati. Demikian juga seorang mukmin, tidak dapat hidup secara hakiki dan istiqamah, kecuali dengan siraman wahyu. Oleh karena itulah, Allah menamakan wahyu dengan ruh dalam firmanNya:

وَكَذلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَاكُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلاَ اْلإِيمَانُ وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [Asy Syura/42:52].

يُنَزِّلُ الْمَلاَئِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لآإِلهَ إِلآأَنَا فَاتَّقُونِ

Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintahNya kepada siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepadaKu.” [An Nahl/16 :2].

Tidak ada kehidupan hakiki bagi hati, bila tanpa wahyu. Sehingga tanpa wahyu, manusia dikatakan mayit walaupun bergerak diantara manusia. Allah berfirman:

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَالَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا كَذلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَاكاَنُوا يَعْمَلُونَ

Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? [Al An’am/6 :122].

Disini jelas sekali sisi persamaannya. Pohon Kurma hanya hidup dengan disiram air, dan hati seorang mukmin hanya hidup dengan siraman wahyu.

  1. Pohon Kurma sangat kokoh, sebagaimana firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. [Ibrahim/14 : 24-25].

Demikian juga iman -jika telah mengakar di dalam hati- maka, menjadi sangat kokoh dan tidak goyah sedikitpun; seperti kokohnya gunung yang besar menjulang.

Imam Al ‘Auza’i ditanya tentang iman, apakah bertambah? Beliau menjawab: Ya, sampai membesar seperti gunung. Beliau ditanya lagi, apakah berkurang? Beliau menjawab: Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun[10]. Demikian juga Imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang hal serupa dan menjawab: Bertambah sampai mencapai lebih tinggi dari langit yang tujuh, dan berkurang sampai menjadi paling rendah dari bumi yang ketujuh[11].

  1. Pohon Kurma tidak dapat tumbuh di sembarang tanah. Bahkan hanya tumbuh di tanah tertentu yang subur saja. Pohon Kurma di sebagian tempat tidak tumbuh sama sekali. Di sebagian lainnya tumbuh, namun tak berbuah dan di sebagian lain tumbuh berbuah, tetapi sedikit buahnya. Sehingga tidak semua tanah cocok untuk pohon Kurma.

Demikian juga iman, ia tidak kokoh pada semua hati. Dia hanya akan kokoh di hati orang yang diberi oleh Allah berupa hidayah dan lapang dada menerimanya. Sehingga pantaslah bila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ

Permisalan petunjuk dan ilmu yang aku dapatkan dari Allah, ialah seperti permisalan air hujan yang deras menimpa bumi. Ada diantara tanah bumi itu naqiyah, menerima air lalu menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak. Ada juga ajadib, menampung air, lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya. Mereka minum, mengambil dan bercocok tanam. Air hujan ini juga menimpa sejenis tanah lain, yaitu qi’an, yang tidak menerima air dan tidak menumbuhkan rumputan. Demikian itulah permisalan orang yang berilmu (faqih) dalam agama dan mengambil manfaat darinya. Ia mengetahui dan mengajarkannya dan permisalan orang yang tidak perduli sama sekali dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa.[Mutafaqun ‘Alaihi]

  1. Pohon Kurma tidak dapat bercampur dengan tumbuhan pengganggu dan tumbuhan asing yang bukan jenisnya. Karena dapat mengganggu menghambat pertumbuhannya, serta mengganggunya dalam menyerap air. Oleh karena itu diperlukan perawatan khusus dan intensif dari pemiliknya.

Demikian juga seorang mukmin, bisa mendapatkan hal-hal yang dapat melemahkan iman dan keyakinannya. Juga dapat berhadapan dengan perkara yang dapat mendesak iman dari hatinya. Oleh karena itu, setiap waktu harus introspeksi (muhasabah) dan bersungguh-sungguh dalam menjaganya. Juga selalu berusaha menghilangkan segala sesuatu yang mengotorinya, seperti: was-was, mengikuti hawa nafsu dan lain-lain. Allah berfirman.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al Ankabut/29 :69].

  1. Pohon Kurma memberikan hasilnya setiap waktu, sebagaimana firman Allah:

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا

Pohon itu memberikan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabbnya. [Ibrahim/14:25]

Buah pohon ini dimakan pada waktu siang dan malam, baik pada musim dingin atau musim panas. Dimakan dalam bentuk Kurma (tamar) atau busr atau ruthab[12]. Demikian juga seorang mukmin, amal mereka naik pada pagi dan sore hari.

Rabi’ bin Anas menyatakan,“Makna firmanNya كُلَّ حِينٍ ialah setiap pagi dan sore hari. Karena buah Kurma selalu dapat dimakan pada waktu malam dan siang, baik musim dingin maupun panas, baik berupa Kurma, busr atau ruthab. Demikian juga amalan seorang mukmin, naik pada pagi dan sore harinya.” [13]

Ibnu Jarir Ath Thabari menyatakan dalam tafsir ayat ini: Menurutku, pendapat yang rajih, ialah pendapat yang menyatakan, makna (كُلَّ حِينٍ) dalam ayat ini ialah pagi dan sore, setiap saat. Karena Allah -setiap saat- menjadikan hasil pohon ini dari buahnya untuk perumpamaan amalan dan perkataan seorang mukmin. Padahal sudah pasti, amalan dan perkataan baik seorang mukmin diangkat kepada Allah setiap hari, bukan setiap setahun atau setengah tahun atau dua bulan sekali.

Jika demikian, maka jelaslah kebenaran pendapat ini. Jika ada yang bertanya: Pohon Kurma mana yang setiap saat menghasilkan buah yang dimakan pada musim panas dan dingin? Jawabnya: Adapun pada musim dingin, maka thal’ (mayang Kurma) ialah buahnya. Dan pada musim panas, maka balkh, busr, ruthab dan Kurma ialah buahnya. Jadi semuanya merupakan buahnya[14].

  1. Semua bagian dari pohon Kurma memiliki barakah. Semuanya dapat dimanfaatkan. Demikian juga seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُلُوسٌ إِذَا أُتِيَ بِجُمَّارِ نَخْلَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ فَظَنَنْتُ أَنَّهُ يَعْنِي النَّخْلَةَ فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِيَ النَّخْلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ الْتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا عَاشِرُ عَشَرَةٍ أَنَا أَحْدَثُهُمْ فَسَكَتُّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ النَّخْلَةُ

Dari Abdillah bin Umar, ia berkata,“Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba diberikan jamar (jantung Kurma). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata,’Sesunggunya terdapat satu pohon, barokahnya seperti barokah seorang muslim’.” Lalu aku menerka, itu adalah pohon Kurma. Lalu aku ingin sampaikan, ia adalah pohon Kurma, wahai Rasulullah. Kemudian aku menengok dan mendapatkan aku orang kesepuluh dan paling kecil. Lalu aku diam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Ia adalah pohon Kurma.”[Bukhari dalam Shahihnya 3/444]

Ibnu Hajar berkata,“Barakah pohon Kurma ada pada semua bagiannya, senantiasa ada dalam setiap keadaannya. Dari mulai tumbuh sampai kering, dimakan semua jenis buahnya. Kemudian, setelah itu seluruh bagian pohon ini dapat diambil manfaatnya, sampai-sampai bijinya digunakan sebagai makanan ternak. Demikian juga serabutnya dapat dijadikan sebagai tali, serta yang lainnya pun demikian. Hal ini sudah jelas. Demikian juga barakah seorang muslim, meliputi seluruh keadaannya. Juga manfaatnya terus- menerus ada untuknya dan untuk orang lain sampai setelah meninggalnya.”[15]

  1. Pohon Kurma disifatkan oleh Rasulullah لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا . Sisi persamaannya dengan muslim dijelaskan dalam riwayat Al Harits bin Abi Usamah dari hadits Ibnu Umar, dari periwayatan yang lainnya dengan lafadz:

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ إِنَّ مَثَلَ الْمؤْمِنِ كَمَثَلِ الشَجَرَةِ لَا تَسْقُطُ لَهَا أَنْمُلُةٌ أَتَدْرُوْنَ مَا هِيَ قَالُوا لاَ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ لَا تَسْقُطُ لَهَا أَنْمُلُةٌ وَ لَا تَسْقُطُ لِمُؤْمِنٍ دَعْوَةٌ

Pada satu hari kami berada bersama Rasulullah, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya permisalan seorang mukmin seperti permisalan pohon yang tidak gugur daunnya. Tahukah kalian pohon apa itu?” Mereka berkata,“Tidak,” Lalu beliau menjawab,“Ia adalah pohon Kurma, tidak gugur daunnya dan seorang mukmin tidak gugur do’anya.” [Lihat Fathul Bari 1/145]

Jadi jelaslah sisi persamaan antara keduanya. Dimaklumi, bahwa do’a telah disyariatkan dan dijanjikan akan dikabulkan, sebagaiman firman Allah:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabbmu berfirman,”Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Al Mukmin/40:60]

Akan tetapi, ingatlah! Do’a akan dikabulkan dengan kesempurnaan syarat dan tidak adanya penghalang. Terkadang tidak dikabulkannya do’a dikarenakan tidak terpenuhi sebagian syaratnya atau keberadaan sebagian penghalangnya. Adabnya yang paling penting ialah kehadiran hati, pengharapan terkabulnya do’a dan tekad (azam) dalam masalah tersebut[16].

Ibnul Qayim memberikan makna lain terhadap hadits ini dengan menyatakan, bahwa hal ini menunjukkan konsistensi pohon Kurma menjadikannya sebagai pakaian dan perhiasan; sehingga tidak gugur pada musim dingin dan panas. Demikian juga seorang mukmin, senantiasa konsisten memakai pakaian ketakwaan dan perhiasannya sehingga menghadap Rabbnya[17].

  1. Pohon Kurma disifatkan dalam ayat dengan thayibah (baik). Meliputi pemandangannya, gambar dan bentuknya. Juga meliputi dalam rasa, buah dan manfaatnya. Demikian juga seorang mukmin, memiliki sifat baik dalam segala urusan dan keadaannya, dzahir ataupun bathin. Oleh kerena itu, ketika kaum mukminin masuk surga langsung disambut para malaikat penjaganya dengan menyatakan:

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَآءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya,”Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.” [Az Zumar/39 :73]

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka),”Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” [An Nahl/16 :32].

إِنَّ اللهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ أمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ وَهُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ وَهُدُوا إِلَى صِرَاطِ الْحَمِيدِ

Sesungguhnya Allah mamasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang shalih ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji. [Al Hajj/22 :23-24]

  1. Pohon Kurma disifatkan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

إِنَّ مَثَلَ الْمؤْمِنِ كَمَثَلِ النَّخْلَةِ ماَ أَخَذْتَ مِنْ شَيْئٍ نَفَعَكَ

Sesungguhnya permisalan mukmin seperti pohon Kurma. Apapun kamu mengambil sesuatu darinya, niscaya bermanfaat bagimu.[18]

Pohon Kurma seluruhnya bermanfaat. Demikian juga semestinya seorang mukmin, ketika bergaul dengan teman dan sekitarnya. Tidak ditampakkannya, kecuali akhlak mulia, adab budi pekerti luhur, muamalah yang baik, memeberikan kebaikan dan tidak mengganggu mereka. Selalu memberikan manfaat dalam seluruh pergaulannya.

  1. Pohon Kurma memiliki perbedaan mencolok, satu dengan lainnya. Perbedaan dalam bentuk, jenis dan buahnya. Pohon Kurma tidak hanya satu macam tingkat dalam kebagusan dan kwalitas, sebagaimana firman Allah.

وَفِي اْلأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَآءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلأُكُلِ إِنَّ فِي ذلِكَ لأيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon Kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. [Ar Ra’d/13:4].

Demikianlah pohon Kurma, berbeda dalam rasa, bentuk dan jenisnya. Sebagiannya lebih baik dari sebagian yang lainnya. Demikian juga keadaan kaum mukminin, memiliki bertingkat-tingkat keimanannya dan tidak satu tingkat dalam iman. Allah berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ ذلِكَ هُوَالْفَضْلُ الْكَبِيرُ

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu itu adalah karunia yang amat besar. [Fathir/35:32].

  1. Pohon Kurma termasuk pohon yang paling sabar menghadapi terpaan dan badai angin. Terkadang angin hanya menerpanya dan terkadang menggulungnya. Kebanyakan tumbuhan tidak mampu bertahan dari kekeringan air, seperti kesabaran pohon Kurma. Demikian juga seorang mukmin, selalu sabar dalam menghadapi bala, mala petaka dan musibah. Pada seorang mukmin telah terkumpul kesabaran dengan ketiga jenisnya. Yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dari kemaksiatan dan sabar menghadapi takdir yang menyedihkan. Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُوْلآئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلآئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al Baqarah/2:155-157]

قُلْ يَاعِبَادِ الَّذِينَ أمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَاحَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah:”Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Rabbmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas. [Az Zumar/39:10]

  1. Semakin tua, pohon Kurma semakin bertambah baik dan tinggi kwalitasnya. Demikian juga seorang mukmin -jika panjang usianya- maka, bertambah kebaikan dan amal shalihnya.

Imam At Tirmidzi meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Busr, beliau berkata:

أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Seoranga A’rabi bertanya kepada Rasulullah,“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang terbaik?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Orang yang panjang umur dan baik amalannya.” [Sunan Tirmidzi 4/565 dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 2/271]

  1. Pohon Kurma tidak pernah berhenti memberi manfaat, walaupun gagal berbuah. Manusia dapat mengambil pelepah, daun dan serabutnya untuk berbagai keperluan. Demikian juga seorang mukmin, tidak pernah lepas dari kebaikan. Selalu memberikan kebaikan dan terjaga dari berbuat keburukan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ

Maukah kalian aku beritahu orang terbaik dari yang terjelek dari kalian? Lalu beliau mengulanginya tiga kali. Lalu seorang bertanya,“Wahai Rasulullah, beritahulah kami tentang orang terbaik dari terjelek dari kami.” Rasulullah menjawab,“Orang terbaik dari kalian ialah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejelekannya, dan orang terjelek ialah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan manusia tidak aman dari kejelekannya.”[19]

Imam Ikrimah menafsirkan firman Allah كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ dengan menyatakan,“Dialah pohon Kurma yang senantiasa memberi manfaat.”[20]

Demikian juga seorang mukmin, senantiasa memberi manfaat sesuai dengan bagian dan kekuatan imannya.

  1. Pohon Kurma mudah dipetik buahnya. Karena pohon Kurma terkadang pendek, sehingga mudah memetiknya dan terkadang tinggi besar. Walaupun besar masih mudah memanjatnya dibanding memanjat pohon lain yang tingginya sama. Karena pada pohon Kurma terdapat tangga dan tempat memijak sampai ke atas. Demikian juga seorang mukmin, mudah mengambil kebaikan darinya.
  2. Buah Kurma, termasuk buah yang paling bermanfaat. Ruthabnya dimakan sebagai buah-buahan dan manis. Juga Kurma yang telah kering, menjadi makanan pokok, lauk dan buah. darinya juga dapat dihasilkan cuka dan pemanis. Selain itu juga dibuat sebagai obat dan minuman. Manfaatnya sudah cukup jelas bagi yang menggunakannya. Demikian juga mukmin, memiliki keumuman manfaat dan berbagai kebaikan dan kebagusannya.

Buah Kurma memiliki rasa manis dan iman pun memiliki rasa manis yang tidak dapat dirasakannya, kecuali orang yang memiliki iman yang benar. Oleh karena itu Rasululah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Tiga perkara, jika seseorang memilikinya, niscaya merasakan manisnya iman. (Yaitu) menjadikan Allah dan RasulNya lebih dicintai dari yang lainnya, dan mencintai seseorang hanya karena Allah, serta benci untuk kembali kepada kekufuran, sebagaimana benci dilemparkan ke dalam api. [Mutafaqun Alaihi]

Imam Abu Muhammad bin Abi Jamrah menyatakan,“Diibaratkan dengan rasa manis dalam hadits ini, karena Allah menyerupakan iman dengan pohon dalam firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ

Kalimat dalam ayat ini ialah kalimat ikhlas, dan pohonnya ialah pokok iman, cabangnya ialah mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Adapun daunnya ialah kebaikan yang diperhatikan seorang mukmin, buahnya ialah ketaatan.”[21]

  1. Adanya kesamaan sifat pohon Kurma dengan sifat mukmin, sehingga Ibnul Qayyim menyatakan,“Sebagian orang ada yang telah menyamakan manfaat-manfaat ini (manfaat pohon Kurma) dengan sifat muslim. Mereka menjadikan setiap manfaat darinya dihadapkan dengan satu sifat muslim. Ketika sampai pada duri pohon Kurma, maka dihadapkan kepada sifat keras dan tegas terhadap musuh Allah dan orang fajir. Sehingga kekerasan dan ketegasan terhadap mereka (para musuh tersebut), seperti kedudukan duri pohon Kurma, dan sikap mereka terhadap mukmin yang takwa seperti kedudukan ruthab yang manis dan lembut. Allah berfirman:

أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ

Keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. [Al Fath/48:29].[22]

Oleh karena itu, para ulama yang terkenal keras dan tegas dalam membantah orang-orang bathil dinamakan duri di leher mereka.

Demikianlah diantara kesamaan yang ada. Para pensyarah hadits ini memberikan beberapa kesamaan yang lainnya. Namun semuanya lemah dan sebagiannya bathil. Imam Ibnu Hajar telah meringkasnya dalam kitab Fathul Bari dengan menyatakan,“Adapun orang yang menganggap letak persamaan antara muslim dengan pohon Kurma dari sisi ‘jika dipotong kepalanya ia akan mati’, atau karena ‘pohon Kurma tidak berbuah tanpa perkawinan’ atau ‘ia mati dengan ditenggelamkan’ atau ‘bau putik sarinya seperti mani manusia’ atau ‘ia minum dari bagian atasnya’. Semua penyamaan seperti ini lemah. Karena sisi penyamaan tersebut diperuntukan terhadap seluruh manusia, tidak khusus kepada muslim. Yang lebih lemah lagi ialah pernyataan, bahwa pohon Kurma diciptakan dari tanah sisa penciptaan Adam. Karena hadits yang menunjukkannya tidak shahih. Wallahu a’lam.”[23]

Dengan demikian telah kita ketahui, iman ialah pohon mubarakah yang memiliki manfaat dan faidah besar. Iman memiliki tempat khusus dalam penanamannya, siramannya, juga memiliki pokok, cabang dan buah. Tempatnya ialah hati seorang mukmin, siramannya ialah wahyu dan pokoknya ialah rukun iman yang enam. Sedangkan cabangnya ialah amal shalih dan bermacam ketaatan yang dilakukan seorang mukmin. Adapun buahnya ialah semua kebaikan dan kebahagiaan yang dirasakan seorang mukmin di dunia dan akhirat. Inilah diantara buah dan hasil iman.

Wallahu a’lam bis shawab.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VII/1424H/2003M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_____
Footnote
[1] Syarah Shahih Muslim 17/152 dan lihat juga Fathul Bari 1/146
[2] Lihat Mu’jamul Wasith 1/45
[3] Fathul Bari I/146
[4] Lihat makalah Syaikh Abdirrozaaq Al ‘Abad dalam majalah Al Jami’ah Al Islamiyah, edisi 107 tahun 29, 1418-1419 hal. 205
[5] Dibawakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 1/147.
[6] Sisi kesamaan ini diambil dan disadur dari makalah yang berjudul Tammulat Fi Mumatsalatul Mukmin Bin Nahlah, tulisan Syaikh Dr. Abdurrazaq bin Abdilmuhsin Al ‘Abad dalam majalah Al Jami’ah Al Islamiyah, edisi 107 tahun 29, 1418-1419 hal 209-221 dengan penambahan dan pengurangan.
[7] AS-Sunnah, karya Abdullah bin Ahmad I/316
[8] Tafsir Al-Baghawi 3/33
[9] Al-Fawa’id, hal 214-215
[10] Diriwayatkan oleh Allalika’i dalam Syarah Ushul I’tiqad 5/959
[11] Dibawakan oleh Abu Ya’la dalam Thabaqatul Hanabilah 1/259
[12] Busr ialah kurma yang belum matang menjadi ruthab. Sedangkan ruthab ialah kurma matang yang masih belum meleleh atau mengeras.
[13] Disampaikan oleh Al Baghawi dalam tafsirnya 3/33
[14] Tafsir Thabari 8/210
[15] Fathul Bari I/145-146
[16] Jami Al-Ulum Wal Hikam 368
[17] Miftah Daris Sa’adah 1/116
[18] Ath-Thabari
[19] Sunan Tirmidzi hadis nomor 2189
[20] Disampaikan Ath-Thabari 8/205
[21] Lihat Fathul Bari 1/60
[22] Miftah Dari Sa’adah 1/120-121
[23] Miftah Dari Sa’adah 1/147


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/33067-mukmin-dan-pohon-kurma-2.html